IAIN Syekh Nurjati Cirebon Wisuda 1336 Lulusan Sarjana, Magister dan Doktor

Prosesi Wisuda Sarjana, Magister dan Doktor XXIII IAIN Syekh Nurjati Cirebon di Swiss-Belhotel, Senin (18/10/2021) berjalan khidmat dengan protokol kesehatan yang ketat. 



FOKUS CIREBON, FC - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon melalui Senat Terbuka Wisuda Sarjana, menyelenggarakan kegiatan wisuda XXIII bagi lulusan program Sarjana, Magister dan Doktor semester ganjil tahun akademik 2021/2022, di Swiss-Belhotel, Senin (18/10/2021), dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Prosesi Wisuda dengan tema 'Meneguhkan Jati Diri Alumni Menebar Islam Rahmatan Lil'alamin dalam Bingkai NKRI' ini, digelar secara offline dan diikuti sebanyak 1336 wisudawan dan wisudawati yang pelaksanaanya dibagi ke dalam tiga gelombang.

Untuk gelombang pertama sebanyak 483 wisudawan. Mereka berasal dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan Jurusan PAI, PBA, Bahasa Inggris, IPS, Matematika dan Biologi.

Pada gelombang kedua prosesi wisuda dilaksanakan pada Rabu (20/10/2021), dengan jumlah wisuda sebanyak 496. Jumlah ini berasal dari FITK Jurusan PGMI, PIAUD, MPI dan Bahasa Indonesia. Sedang wisuda dari FSEI dari semua jurusan.

Sedang prosesi wisuda gelombang ketiga dilaksanakan pada Kamis (21/10/2021) banyak 357. Jumlah ini berasal dari Fakultas Ushuludin, Adab dan Dakwah (FUAD) dari semua jurusan dan Pascasarjana S2 dan S3.

Wisuda ke XXIII sendiri membawa rasa bangga bagi para wisudawan dan wisudawati IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Mereka dengan pakaian toga, satu-persatu mulai memasuki ruangan Auditorium Swiss-Belhotel, dengan rasa bahagia.


Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta M.Ag dalam pidato wisuda  menyatakan, secara sederhana, transformasi khazanah keilmuan secara menyeluruh dalam rangka menciptakan intelektual organis menjadi visi utama dari universitas Islam. 

Maka dari pemahaman tersebut, fungsi universitas Islam bukan sebatas transfer of knowledge, namun sekaligus juga mengemban tugas aktualisasi nilai-nilai Islam yang universal. 

Maka dalam rangka menjalankan tugas tersebut, Rektor Sumanta mengambil pendapat Amin Abdullah, bahwa universitas Islam harus memiliki sekaligus mengaplikasikan pendekatan dalam studi agama yang bercorak sosio-historis dan rasional-filosofis. 

Hal tersebut diperlukan untuk menggantikan paradigma lama yang dikotomis, yang membenturkan antara ilmu agama dan ilmu umum. 

Karena itu, IAIN Syekh Nurjati mengetengahkan paradigma organis sebagai landasan filosofis dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Paradigma organis, kata Sumanta,  berarti menjadikan aktivitas kependidikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari beragam komponen yang secara terpadu bekerja bersama dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yaitu aktualisasi nilai-nilai Islam yang universal.

Rektor Sumanta juga mengingatkan, bahwa ketika IAIN Syekh Nurjati bertransformasi menjadi UISSI, sebagai universitas berbasis siber, tugas tersebut menemui tantangan baru, yaitu tantangan aktualisasi nilai-nilai Islam yang universal di ruang maya.

"Transformasi IAIN menjadi UISSI bukan hanya merupakan peluang besar, namun juga sekaligus menjadi tantangan yang nyata. Karena bagaimana pun, penggunaan teknologi bukan hanya mendatangkan manfaat, tetapi juga dapat menimbulkan permasalahan yang besar apabila penggunaan teknologi tersebut tidak dilakukan dengan bijak," terangnya.

Selain itu, dengan memaksimalkan penggunaan teknologi, kampus berbasis siber dapat meruntuhkan dinding batasan primordial karena dapat diakses secara global. Namun di saat yang sama, hal tersebut juga dapat menjadi ancaman serius apabila tidak memiliki distingsi yang jelas. Distingsi yang bukan sekedar sebagai pembeda atau penciri, namun juga sekaligus sebagai dasar filosofis. 


Sumanta juga mengingatkan bahwa ruang maya merupakan ruang virtual yang sengaja dibuat oleh manusia namun manusia sendiri justru tidak dapat menentukan dengan pasti berapa luas ruang tersebut. 

Karena itu, kata Sumanta, dengan dukungan internet dan teknologi, ruang maya pada gilirannya berubah menjadi sebuah ‘dunia baru’ yang perkembangannya bahkan tidak pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya.

"Untuk menjawab tantangan tersebut, IAIN Syekh Nurjati yang kini bertransformasi menjadi kampus berbasis siber (UISSI) mengimplementasikan kerangka paradigma organis dalam model sirkular. Yaitu satu model pengintegrasian ilmu agama dan ilmu umum secara berkesinambungan dan simultan," katanya.
 
Artinya, lanjut Sumanta, pengintegrasian keduanya bukan hanya sebatas menemukan keterkaitan, namun juga melihat lebih jauh bagaimana keduanya saling mempengaruhi sekaligus saling membutuhkan satu sama lain. 

Karena itu, agar integrasi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kesinambungan maka memerlukan setidaknya dua hal, yaitu teknologi dan nilai kearifan lokal. 

"Bukan tanpa alasan nilai kearifan lokal menjadi hal yang penting dalam konteks integrasi keilmuan. Karena bagaimanapun, Cirebon memiliki mata rantai historis dari sisi sosiokultur keagamaan yang pernah menjadikan Cirebon sebagai salah satu destinasi pengembangan pengetahuan, khususnya Islam. Dengan demikian, diharapkan nilai kearifan lokal tersebut dapat semakin merekatkan ilmu agama dan ilmu umum," ujarnya.


Demikian juga memanfaatkan teknologi sebagai alat, dan menginternalisasi nilai kearifan lokal sebagai paradigma filosofis, maka proses integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum dapat terjadi secara simultan dan sekaligus dapat diaplikasikan secara nyata di ruang maya, sehingga diharapkan dapat membangun pengetahuan dan ide baru melalui penyatuan nilai-nilai sekaligus informasi dari beragam paradigma keilmuan.

"Secara kelembagaan, paradigma integrasi yang dijelaskan di atas memiliki tujuan untuk dapat membantu dan mendorong seluruh sivitas akademika agar dapat mengaktualisasikan dirinya dengan nilai-nilai Islam yang universal sehingga mampu menjadi manusia paripurna (insan al-kamil)," jelasnya.

Untuk itu, dihadapan ratusan wisudawan, Sumanta berharap, agar para alumninya nanti mampu mengintegrasi antara ilmu agama dengan ilmu umum tersebut. "Jadi harus bisa bertanggung jawab terhadap nilai-nilai kebangsaan dan keislamannya, juga keilmuannya," kata Rektor Sumanta. (din)

 

Terkini