Menparekraf Dorong Santri Lahirkan Konten Bernafaskan Islami

 

KABUPATEN CIREBON -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, mendorong santri di Kabupaten Cirebon agar bisa menciptakan sendiri konten kreatif bernafaskan Islam dan berakhlakul karimah.

Hal tersebut, disampaikan langsung oleh Sandiaga saat melakukan kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Munjul, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Rabu (5/4/2023). 

"Mendorong santri ini, untuk bisa melahirkan konten-konten yang Islami, kreatif dan tetap menunjukkan kekuatan akhlakul karimah dan Islam rahmatan lil' alamin," ujar Sandiaga. 

"Para santri sudah memiliki modal ilmu keislaman yang mumpuni. Sehingga, saat dibalut dengan digitalisasi, bisa memberikan efek luar biasa untuk banyak orang," imbuhnya. 

Saat melakukan kunjungan kerja ke Ponpes Nurul Huda ini, Sandiaga dibuat kagum dengan adanya tiga orang santri yang tengah merintis usaha. 

Jenis usaha yang dilakoni para santri ini, diantaranya olahraga, fesyen muslim dan kuliner. 

"Hal seperti ini harus didukung, karena Cirebon saat ini menjadi destinasi unggulan. Cirebon terkoneksi dengan Bandara Kertajati, serta Tol Cisumdawu dan Tol Cipali," ungkap Sandiaga.

Sementara itu, Wakil Bupati Cirebon, Hj. Wahyu Tjiptaningsih, SE, M.Si menyambut baik adanya dorongan dari Menparekraf kepada seluruh santri yang ada di Kabupaten Cirebon.

"Dahulu, kalau ditanya mau jadi apa, anak-anak selalu menjawab ingin menjadi dokter atau PNS. Tetapi sekarang, bergeser ingin jadi wirausaha," ujar Ayu. 

Ia memastikan, seluruh pesantren yang ada di Kabupaten Cirebon memberikan ruang kepada para santri untuk bisa berkreasi dan berinovasi.

Pemerintah daerah, kata Ayu, selalu mendukung Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk bisa naik kelas melalui proses perizinan mudah, proses penerbitan sertifikasi halal, hingga edukasi packaging. 

"Selama UMKM tersebut konsisten dan serius. Artinya, pemerintah daerah hadir saat masyarakat membutuhkan," kata Ayu. (Hafid)

Terkini