Melalui FKMTHI Jabar, Mahasiswa IAIN Cirebon Berikan Edukasi Penanggulangan Hoax


FOKUS CIREBON, FC -  Sebanyak bentuk memberikan edukasi penanggulangan Hoax, Pengurus Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se-Indonesia (FKMTHI) Wilayah Jawa Barat menggelar Webinar Nasional.

Acara yang berlangsung via Zoom Meeting itu bertajuk "Jadi Mahasiswa Keren Tanpa Hoax" dengan menghadirkan narasumber Anita Wahid selaku Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo). Sabtu, (17/6/2021). 

Menurut Ketua Pelaksana, Fasfah Sofhal Jamil, mahasiswa IAIN SNJ Cirebon mengatakan, kemajuan teknologi sekarang memang sedikit banyak mempermudah kehidupan manusia, namun dalam percepatannya itu juga seakan menjadi peluang penyebaran hoax.

"Tak jarang, di sekitaran kita juga sering termakan narasi-narasi hoax di media sosial. Naasnya, mahasiswa juga terlibat dalam penyebaran arus hoax,". katanya. 

Maka kata dia, FKMTHI Jabar berinisiatif mengadakan webinar ini guna memberikan edukasi bagi masyarakat dan mahasiswa khususnya mahasiswa Tafsir Hadis terkait penanggulangan hoax.

Koordinator Wilayah FKMTHI Jabar, M. Ulyuddin mengaku, agenda ini sudah diagendakan pada awal kepengurusan, namun baru terealisasikan sekarang dikarenakan keadaan pendemi. 

"Webinar ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat dan ilmu dari sosok fenomenal yang saya kagumi, yakni Ibu Anita Wahid,". ujarnya. 
 
Selain itu, kata dia, saat ini dengan banyaknya problem yang terjadi di negara Indonesia terkait isu hoax yang menggiring opini ke negatif, maka lewat kegiatan ini semua bisa mengetahui bagaimana kaum akademisi bisa menyaring berita positif.

Acara ini pun mendapat sambutan baik dari Anas Munaji selaku Ketua Umum FKMTHI Pusat. Ia mengatakan bahwa acara ini luar biasa dan diharapkan ini akan lebih banyak lagi.

"Dunia sekarang dikenal dengan dunia teknologi, harapan kami terus aktif dan dunia maya kita kuasai informasi dapat disebarkan seluas mungkin. Tentu dengan semuanya itu kita perlu mengimbangi beredarnya arus hoax dengan memberikan narasi yang bisa dipertanggungjawabkan dan kita harus mengcounter berita hoax dengan narasi yang baik," kata Anas.

Dalam kesempatan ini, Anita Wahid selaku narasumber menyampaikan, pesatnya teknologi seolah memeprmudah kehidupan manusia, namun seringkali ada kekurangannya. Terlebih dalam masa pandemi ini berita berita hoax dan narasi ujaran kebencian penyebaran biasa sangat cepat.

“Teknologi digital saat ini dapat digunakan untuk penguatan demokrasi dan pemberdayaan masyarakat. Dan ini bisa menjadi Komunikasi dua arah antara masyarakat dengan pemerintah. Misalnya bisa memantau pembuatan UU dan kebijakan, pemantauan anggaran dan mendorong tranparasi, bisa juga dimanfaatkan untuk mendorong perubahan dengan memanfaatkan petisi online atau platform pengaduan,” ujar Anita.

Puteri Gus Dur itu menjelaskan, terdapat pula ancaman di dunia digital. Salah satunya operasi informasi atau dalam artian ia mempergunakan informasi untuk tujuan tertentu.

“Ancaman lainnya yaitu Pelanggaran data pribadi, Penipuan online, Perilaku yang berlawanan dengan norma sosial, Pertentangan budaya, ancaman keamanan perangkat, data. Dan tak kalah pentingnya ancaman kesehatan fisik dan mental, contohnya kecanduan gawai dan internet,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan, ada juga propaganda terkomputasi, yakni penggunaan algoritma, automasi, dan big data untuk membentuk atau mempengaruhi kehidupan publik.

“Propaganda terkomputasi ini dibagi menjadi 2, Amplifikasi Narasi dan Serangan. Amplifikasi Narasi diantaranya penggunaan Bots, Buzzers, Influencers, Microtargeting, Media Manipulation, Hoax,” ujarnya. 

Menurutnya, penggunaan Bots ini seakan sepele, akan tetapi sebenarnya ia sering kali dapat menaikkan suara masyarakat.
 
“Konflik besar di Indonesia dari zaman dulu bermula dari hoax, biasanya di Indonesia menggunakan isu SARA. Hoax itu dapat mempengaruhi emosi, hoax konflik menjadikan sasaran merasa diancam,” ujar Anita. 

Saat pandemi ini, hoax yang berbau kesehatan sering kali dengan dibumbui unsur agama. Ketia ia merasa diancam, maka ia makin mudah dipengaruhi.

“Paling tidak terdapat 2 fenomena jika hoax itu menyerang. Yaitu matinya kepakaran dan munculnya teori konspirasi,” jelasnya. 

Kecepatan penyebaran hoax sangat cepat, lanjut Anita, akan tetapi verifikasinya sangat lambat.
“Maka dari itu, saya mengajak mahasiswa Tafsir Hadis untuk memanfaatkan media yang sudah kami fasilitasi. Seperti situs turnbackhoax.id, fanspage Forum Anti Fitnah, dan aplikasi Hoax Buster Tools.” tandasnya.  (Sof) 

Terkini