Ratusan Rumah Terdampak Limbah TPA Kopi Luhur, DPRD Minta Pemkot Cirebon Bertindak
CIREBON – Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon, Harry Saputra Gani (HSG) melakukan inspeksi mendadak ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopiluhur dan sejumlah sumur warga terdampak, Sabtu (27/9/2025).
Inspeksi tersebut, menyusul laporan warga yang mengeluhkan sumur yang tercemar limbah TPA. Hasilnya, peninjauan menunjukkan sebanyak 138 rumah terdampak limbah di RT 01 RW 07 Kelurahan Sumurwuni, Kecamatan Harjamukti. Laporan juga menyebutkan adanya dampak di RW 04 RT 04 Kalilunyu, yang masih dalam proses pendataan.
“Tadi di RT 01 RW 07 itu ada 138 rumah yang terdampak limbah dari TPA. Perlu dipahami ini yang terdampak ratusan rumah yang jika per rumahnya diisi 4 sampai 5 orang maka hampir 500-an warga yang terdampak, belum lagi tadi ada laporan di RW 04 RT 04 Kalilunyu yang masih dalam proses pendataan,” ungkap Harry, Kamis (18/9/2025).
Harry menambahkan, limbah atau lindi dari TPA Kopiluhur sudah masuk ke lingkungan warga hingga memengaruhi kualitas air sumur.
“Tadi kita lihat langsung kondisi di lapangan, memang ada air limbah atau lindi dari TPA yang masuk ke lingkungan warga. Airnya terasa lengket dan agak licin, meskipun hari ini tidak terlalu keruh karena musim kemarau. Namun saat musim hujan, warga mengatakan air menjadi sangat keruh,” jelasnya.
Masih kata Harry, masalah air bersih menjadi perhatian utama karena warga di wilayah terdampak tidak memiliki akses jaringan PDAM dan selama ini mengandalkan sumur.
“Warga di sini membeli air galon untuk kebutuhan minum. Pemerintah Kota, Dinas Lingkungan Hidup, dan PDAM harus segera memberikan bantuan berupa kiriman air bersih dan mencari solusi jangka panjang. Apakah itu perluasan jaringan PDAM atau pembangunan sumber air artesis baru,” ujarnya.
Harry mengakui, sudah ada bantuan pengeboran air dari wakil walikota, namun terkendala kurangnya pipa paralon untuk disalurkan ke rumah warga. Sebab itu, pemerintah perlu memberi perhatian serius mengingat jumlah warga terdampak bisa mencapai 500 jiwa.
“Ini baru data dari satu RT saja. Kita harus melihat keseluruhan wilayah terdampak, agar penanganannya benar-benar menyeluruh,” tegasnya.
Meski demikian, Harry mengapresiasi progres pengelolaan di TPA Kopiluhur yang kini beralih dari sistem open dumping menjadi controlled landfill.
“Sekitar 40 persen area sudah diperbaiki. Masih ada waktu hingga Desember untuk menyelesaikan sisanya, dan kami mendorong agar seluruh proses bisa tuntas tepat waktu,” pungkasnya.
Sementara itu, Petugas TPA Kopiluhur, Jawahir mengatakan, saat ini sudah melakuan upaya untuk mengurangi dampak terhadap warga, dengan membangun parit di sekitar TPA Kopiluhur.
“Sudah ada beberapa kolam parit yang dibangun untuk menampung air agar tidak sampai ke permukiman masyarakat, terutama saat musim hujan. Semoga upaya ini bisa meminimalisasi dampak yang dialami oleh masyarakat,” katanya. (din)