Tiga Tokoh Pergerakan Era Reformasi, Bedah "Mahasiswa Merdeka" Pada Webinar Nasional IAIN Cirebon

FOKUS CIREBON - Senat Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan kegiatan Webinar Nasional dengan tajug "Mahasiswa Merdeka", dengan tiga pemateri utama yang digelar secara online di lantai 3, ruang auditorium rektorat IAIN SNJ Cirebon, Kamis (15/10/2020).

Tiga pembicara itu di antaranya, Budiman Sujatmiko, Rahman Bashori, dan Ilman Nafi'a yang ketiganya mengupas materi seputar mahasiswa merdeka, yang diikuti langsung oleh Rektor IAIN SNJ Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg.

Pembicara pertama, Budiman Sujatmiko, memulai dari kata merdeka dan menjelaskan bahwa merdeka adalah mereka bisa mengembangkan imajinasinya. 

Budiman yang juga menyinggung sejarah perjalanan kemerdekaan indonesia, menyatakan jika republik Indonesia itu adalah bentuk imajinasi para pemuda untuk masa depan. "Jadi kaum merdeka adalah kaum yang melihat ke depan," katanya.


Budiman juga menyinggung soal era berkelimpahan yang terjadi saat ini, dimana era berkelimpahan yakni era yang segalanya berlimpah, seperti menlnbuat tik tok, membuat tulisan yang saat ini mudah menyebar. 

"Iya saat ini semua serba mudah dan penuh data, dimana hanya dengan hitungan menit, semua sudah ada berkat teknologi yang ada," ujarnya.

Kata Budiman, era ini tentu  berbeda dengan era kelengkaan, di mana era berkelimpahan ini era penuh data, sehingga akan banyak imajinasi. Dan di era inilah imajinasi menjadi kedaulatan manusia. Sehingga melalui imajinasi kita akan tahu arah politik, ekonomi dan budaya seperti apa.

Kendati begitu, kedepan akan ada kesenjangan sosial akibat dari kesenjangan teknologi. Dimana tahun 2025 hingga tahun 2030 dimana robot akan menjadi pilihan terbaik ketimbang nanti manusia.

"Maka akan banyak ada perubahan dunia, termasuk dunia kerja maupun dunia pendidikan," paparnya.

Lalu bagaimana supaya kita tidak banyak terkejut ?, Budiman menegaskan, bahwa dengan perubahan tersebut, maka pergunakanlah imajinasi dengan baik dan mampu menfasirkan imajinasinya dengan baik pula.

Budiman juga menegaskan bahwa ada 8 hak asasi yang mendasar, yang semuanya itu harus mampu dikemas dan harus ada peningkatan daya nalar terutama dalam membangun kesadaran masyarakat antar teknologi. 

"Maka imajinasi ini menjadi basis kemampuan manusia, tatapi harus revolusioner namun tidak ngawur. Pilihan ini menjadi identitas peradaban manusia kedepan nanti. Sebab manusia merdeka adalah manusia paripurna dan imajinasi ini yang akan menjadi kekuatan kita. Jadi kedepan apa yang bisa kita lakukan dari apa yang kita cintai," terangnya.


Sementara itu, pembicara lainnya yakni Ilman Nafi'a menjelaskan, bahwa ada tiga kunci yang harus dimiliki mahasiswa, karena sejatinya  mahasiswa merdeka ini sesungguhnya sudah diimpelentasikan oleh para aktivis kampus.

Tiga kunci itu, pertama mahasiswa sebagai komunitas intelektual, sehingga mereka identik dengan prestasi-prestasi intelektual dan lainnya. 

Lalu kunci yang kedua, mahasiswa sebagai komunitas yang mempunyai kekuatan moral, atau sering disebut sebagai permanent potition, sehingga sangat diperhitungkan sekali kelompok ini. 

Kunci yang ketiga, mahasiswa sebagai kekuatan sosial, karena mereka sebagai orang-orang terpilih, tentu hal ini karena intelektualnya dan karen wawasannya, sehingga melekatlah predikat 'Agen of Sosial Change' bagi mahasiswa.

Ilman juga menjelaskan soal term merdeka. Merdeka itu kata Ilman, identik dengan kemandirian. "Kemandirian inilah selanjutnya menjadi identitas terkait dengan ikatan moral, ikatan intelektual dan lain lain," katanya.

Kendati begitu, pandangan Ilman juga membuka tentang masih banyaknya mahasiswa yang tergerus oleh arus yang ada. Hal tersebut lebih di akibatkan mereka terbawa oleh arus dan larut pada kepentingan-kepentingan politik dan lainnya. 

Maka terpenting kedepan, kata Ilman, bagaimana mahasiswa yang memiliki kekuatan moral, kekuatan intelektual dan kekuatan sosial juga memiliki kemandirian dan identitas tersendiri. 

"Mahasiswa itu harus mampu menguatkan kemampuan intelektualnya, kekuatan moralnya dan kekuatan sosialnya. Jika tidak, akan menjadi mahasiswa yang stagnan di kampus. Sehingga menjadi kuliah apa adanya, tanpa ada yang kritis dan lainnya," tegas Ilman Nafi'a yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor 3, IAIN SNJ Cirebon. (din)












Terkini