Totong Sang Sopir Mobil Siaga, 24 Jam Melayani Masyarakat Tanpa Pamrih

Totong Fitri Gusmiharja, 40 tahun, sopir Mobil Siaga Desa Kubang, Kabupaten Cirebon.


FOKUS CIREBON, FC - Menjadi seorang sopir (driver), tentu bukan cita-cita apalagi menjadi pilihan  hidup. Namun realitas kehidupan, semua bisa menjadi mungkin, terlebih dihadapkan pada tuntutan keluarga dan kebutuhan dapur, sehingga bekerja di mana pun harus disyukuri dan menjadi pilihan.

Itulah sepenggal riwayat kehidupan Totong bapak dari dua anak hasil pernikahannya dengan Ika Kartika yang kini menjadi istri tercintanya. 

Lelaki berperwakan gempal, bernama lengkap Totong Fitri Gusmiharja ini, bertempat tinggal di Desa Kubang, RT 03/02, Blok Manis, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.

Sebagai sopir, Totong mengaku sudah bekerja hampir 6 tahun di masa awal kepemimpinan Wawan Karyawan, Kepala Desa Kubang, tepatnya pada tahun 2016 lalu.

Menurutnya, bekerja sebagai sopir di mobil siaga banyak kisah dan cerita selama 6 tahun itu. Dirinya harus benar-benar siap 1 X 24 jam untuk melayani masyarakat dan tanpa pamrih. Totong pun dapat menjalankannya dengan ikhlas dan senang hati.

"Saya bersyukur dengan pekerjaan ini, dan saya ucapkan terimakasih kepada bapak Kuwu Desa Kubang yang sudah mempercayakan kepada saya sebagai driver mobil siaga serta uang bulanan yang saya terima dari desa/pak kuwu," katanya kepada fokuscirebon.com, Sabtu, (10/4/2021).

Kendati uang bulanan (gaji) yang diterima masih kurang dari cukup untuk menafkahi keluarga, Totong tetap mensyukuri. Bahkan pekerjaan yang masih digeluti tersebut  dinikmati. Apalagi sosok Wawan Karyawan sangat baik dalam memimpin di Desa Kubang dan cepat dalam pelayanan, termasuk Sekdes dan seluruh aparatur desa di sini.

"Ya, 24 jam nonstop melayani masyarakat tanpa pamrih, yakni antar jemput pasien berobat ke Puskesmas atau ke rumah sakit. Itu bisa terjadi pada pukul berapa saja, disitu saya harus siap melayani," papar Totong pada pekerjaan ini.

Di pekerjaan lainnya, Totong juga membantu di Pukesos sebagai Brone Office (BO). Sebagai sopir, Totong kerap menemukan sejumlah kesulitan, yang paling repot saat membawa pasien yang darurat sekali ke rumah sakit, tentu dengan kendaraan tanpa sirine (Ambulance) dan dengan keterbatasan kursi, pasien tetap harus dibawa ke rumah sakit. Sehingga dijalan benar-benar harus sigap dengan kewaspadaan tinggi.

Untuk itu dirinya berharap, ada kembali bantuan dari Pemkab berupa unit kendaraan khusus Ambulance. 

"Ya ini hanya harapan, agar pelayanan kepada masyarakat dalam membutuhkan perjalanan ke rumah sakit lebih aman dan nyaman. Dan saya pun berharap mendapat pekerjaan yang lebih layak, yakni  diangkat menjadi pegawai di desa," katanyaa. (din)

Terkini