529 Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon di Wisuda Ke XXI di Swiss-Bellhotel

Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim M.Ag tengah melakukan prosesi wisuda di Swiss-Bellhotel, Rabu (24/3/2021).


FOKUS CIREBON, FC -  Rasa bangga dan bahagia terlihat di raut wajah para wisudawan dan wisudawati IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Mereka dengan pakaian toga, satu-persatu mulai memasuki ruangan Audotorium Swiss-Bell Hotel, Rabu (23/3/2021) untuk mengikuti prosesi wisuda offline.

Prosesi wisuda ke XXII dimulai dengan pembacaan Surat Keputusan (SK) Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Berbagai macam perasaan masih menyelimuti para wisudawan. Namun dengan pembacaan SK tersebut, mereka wisudawan mulai sumringah dan satu persatu mulai dilakukan simbolis pindah kuncir dari peci toga wisuda mereka.

Berdasarkan data yang diperoleh fokuscirebon.com di lapangan, ada sekitar 800 lebih mahasiswa IAIN SNJ Cirebon yang di wisuda ke XXII. Dari jumlah itu, 529 mahasiswa di wisuda hari ini, sisanya besok, Kamis (25/3/2021), yang dibagi ke dalam dua gelombang.

Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim, M.Ag dalam pidato wisuda menegaskan tentang Pendidikan integratif sebagai dasar transformasi kelembagaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Menurut Sumanta, integrasi ini sangat diperlukan dalam pendidikan sebagai upaya untuk memadukan ilmu agama (Islamic Studies/Dirasah Islamiyah) dengan ilmu umum (Islamic Science). 

Untuk implementasiannya, proses integrasi ilmu agama dan ilmu umum harus mampu menawarkan muatan nilai kearifan budaya lokal (local wisdom) yang merupakan bagian dari nilai-nilai Islam yang universal.

Karena bagaimana pun, kata Sumanta, hubungan Islamic Science dan Dirasah Islamiyah yang integratif memiliki konsekuensi dan implikasi berupa perluasan akses pendidikan ilmu keagamaan sekaligus penyelenggaraan pendidikan yang mampu menjabarkan nilai-nilai universal Islam. 

"Inilah yang menjadi spirit mentransformasi kelembagaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon," kata Sumanta dihadapan ratusan wisudawan.

Dalam mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengupayakan rekonstruksi paradigma keilmuan yang multidisipliner dengan menjadikan agama sebagai basis ilmu pengetahuan. 

Tujuannya, IAIN Syekh Nurjati Cirebon mampu mengembangkan bukan sekedar proses pendidikan searah, tetapi proses pendidikan multidimensi yang mampu menyeimbangkan antara akal dan wahyu sehingga mampu mewujudkan pengembangan spiritual, intelektual, dan sosial dari seluruh sivitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Oleh Karena itu, transformasi kelembagaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi UIN harus dibarengi dengan semangat pembangunan lembaga pendidikan integratif sebagai tataran operasional pendidikan yang mampu mengintegrasikan ajaran yang bersumber dari ayat qauliyah dengan ayat qauniyah secara utuh. 

Selanjutnya, proses integrasi keilmuan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dapat dirumuskan dengan mengedepankan tiga aspek yaitu turats, manhaji, dan ma’rifah/nadzariyah. 

"Pada tataran implementasi ketiga aspek tersebut harus mampu untuk saling melengkapi satu dengan yang lain. Aspek turats dibutuhkan dalam proses integrasi keilmuan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai basis ontologis dalam penggalian sekaligus pengembangan kajian keilmuan bagi seluruh sivitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon," paparnya.

Sementara aspek manhaji, katanya, itu menjadi model penguatan kajian keilmuan sebagai basis epistemologis dalam pelaksanaan integrasi keilmuan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Sedangkan aspek ma’rifah dan nadzariyah merupakan basis aksiologis integrasi keilmuan di lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

"Integrasi keilmuan antara agama (Islamic Studies/Dirasah Islamiyah) dan umum (Islamic science) bukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan. Namun mengingat bahwa semua keilmuan lahir dari basis ontologis, epistemologis dan aksiologis dan ternyata basis 
keilmuan Islam dan umum berbeda, maka perlu diperlukan paramater-parameter tertentu sehingga tercapai tujuan-tujuan tersebut.



Dijelaskan, untuk mencapai hal tersebut tidak cukup dengan memberi justifikasi ayat Al-Quran pada setiap penemuan dan keilmuan, memberikan label Arab atau Islam pada istilah-istilah keilmuan dan sejenisnya, tetapi perlu ada pergeseran 
cara pandang (shifting paradigm) pada basis-basis keilmuan Barat agar sesuai dengan basis-basis khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitas metafisika, religius dan teks suci. 

"Bekal dari konseptual dan kecambah di atas maka arah kebijakan lembaga mendorong IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk melakukan transformasi kelembagaan menjadi sebuah Universitas. Dengan konsep tersebut, seluruh rumpun dan kajian keilmuan yang ada diiharapkan mampu bersinergi dan saling melengkapi pada tataran metodologis," tuturnya lagi.

Hal ini, katanya, mampu dilihat bagaimana universitas menyahuti kebutuhan masyakarat serta mampu menjawab sebuah tantangan dengan basis keilmuan yang multidisipliner. 

Demikian juga transformasi merupakan suatu perubahan secara kualitatif baik itu secara struktur, sifat dan bentuk. Sehingga dalam konteks ini, proses transformasi kelembagaan IAIN Syekh Nurjati mendorong perubahan secara esensialistik untuk menuju Universitas yang berbasis pada rumpun keilmuan yang terintergrasi dengan keilmuan yang lainnya. 

"Transformasi kelembagaan meniscayakan struktural dan perluasan akses pendidikan yang sedang dijalani. Sehingga akses pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat untuk menimba ilmu-ilmu keislaman yang dipadu dengan ilmu umum," tandasnya. 

Sementara itu, Pranata Humas IAIN SNJ Cirebon, H Muhamad Arifin M.PdI menyatakan bahwa wisuda ke XXII ini dibagi ke dalam dua gelombang, dan pada gelombang pertama ini berjalan sukses. 

"Alhamdulillah, semua berjalan baik, wisuda ini merupakan wisuda gelombang pertama, sisanya dilakukan besok Kamis, karena memang dibuat dua gelombang. Kami dari unsur panitia sudah melaksanakan segala hal teknis yang berhubungan dengan wisuda ini dan hasilnya prosesi wisuda berjalan lancar dan sukses. (din)



Terkini