Tiga Hari, FITK IAIN Cirebon Intensif Membahas MBKM di Workshop

FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam kegiatan workshop MBKM.


CIREBON, FC- Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar workshop di Grage Sangkan Hotel & SPA Kuningan, Senin-Rabu (5-7/4/2021).

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu dalam rangka membahas Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
 
Wakil Dekan I FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sutejo MAg menjelaskan, workshop tersebut terkait pengembangan kurikulum kampus merdeka dan merdeka belajar. Pasalnya, kata dia, konsep tersebut merupakan sudah menjadi tuntutan di era modern ini.

“Boleh dibilang Indonesia ini selalu tertinggal di bidang pendidikan, tapi itu biar yang sudah-sudah dan ini ada terobosan baru,” kata Sutejo.

Karena, lanjut dia, harus diakui lembaga pendidikan hampir tidak dapat menciptakan lulusan yang siap bekerja. Untuk itu, dengan adanya kurikulum kampus merdeka dan merdeka belajar, mahasiswa bisa belajar satu semester di jurusan berbeda, tetapi masih dalam satu kampus dan satu fakultas.
 
“Kemudian dua semester magang, itu sebenarnya yang merdeka belajar. Tapi magang juga tolong dicatat bukan wajib, karena kalau wajib itu artinya tidak bebas. Kemudian ada keterbimbingan, yaitu ada magang dan dibimbing, sehingga ketika mereka akan selesai menjadi seorang sarjana diusahakan sudah memiliki pekerjaan,” paparnya.

Dengan begitu, katanya, dapat meminimalisir pengangguran, karena semua lulusan memiliki basic pengalaman bekerja saat kuliah, baik kuliah di dalam maupun di luar kampus. Tidak hanya mahasiswanya, dosennya pun dituntut berkarya di luar kampus.

“Selama ini dosen kita kan tahunya rumah kampus rumah kampus, gak pernah dikenal di luar. Kampus merdeka dan merdeka belajar ini salah satu manfaatnya dosen dikenal di luar. Tidak hanya dikenal di luar, bekerja di luar, tapi karyanya juga dinikmati oleh orang luar dan direkognisi oleh dunia internasional,” terangnya.

Menurut Sutejo, salah satu penghambat perkembangan dunia pendidikan di Indonesia adalah tidak dimulainya pembentukan karakter saat proses pembelajaran di kampus. Kemudian selain mengajar, dosen-dosen pun harus melakukan komunikasi dengan mahasiswanya.
 
“Harus ada persepsi, sebelum mengajar harus ada motivasi. Mengapa kamu belajar MK saya? Apa manfaatnya nanti? Sehingga terbentuk MK (mata kuliah) itu. Sehingga itu akan indah jika kita telah memiliki kepribadian sejak awal,” tuturnya.

Untuk itu, kata dia, workshop ini adalah finalisasi. Pasalnya, pembahasan terkait hal tersebut sudah lama menjadi pembahasan di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

“Bahkan sudah dibentuk tim resmi, diskusi intens berhari-hari sama dengan tim UISSI sebelum ada UISSI. Cuman kesempatan dikerjakan di luar baru sekarang, karena musim pandemi,” katanya.

Sementara itu, Dekan FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Farihin MPd memaparkan, tujuan kegiatan ini adalah terkait dengan tujuan fakultas tersebut, yaitu kurikulum ini secara bertahap bisa dilaksanakan dan diimplementasikan. Untuk itu, pihaknya pun perlu menyamakan persepsi tentang kurikulum tersebut.

“Tentang apa itu MBKM (merdeka belajar dan kampus merdeka), bagaimana MBKM itu diterapkan, kemudian pengaturan proporsi dalam arti berapa semester mahasiswa kita kuliah di luar prodi, kemudian dosen-dosennya juga harus dipersiapkan, karena ini sifatnya adalah baru,” Ucapnya. (din)

Terkini