Lewat Seminar, Direktur Diktis Bedah Akselerasi Guru Besar dan Transformasi IAIN Menuju UIN


FOKUS CIREBON - Prof Dr M Arskal Salim GP, M.Ag, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI, dalam seminar mengungkapkan bahwa IAIN Cirebon dengan segala fasilitas yang sudah dimiliki termasuk SDM yang ada memungkinkan pada percepatan transformasi dari IAIN ke UIN.

Hanya memang, lanjut Arskal Salim, ada sejumlah persyaratan yang musti ditempuh pada transformasi tersebut dengan minimal memiliki 10 persen guru besar dan 5 Fakultas. 

"Saya melihat IAIN Cirebon sudah memiliki semuanya. Sebagai perguruan tinggi tentu IAIN Cirebon sangat mudah diakses karena memiliki Bandara Kertajati, Kereta Api, Terminal Bus, dan transportasi lainnya. Tinggal bagimana kesiapannya saja," ujarnya, Selasa (4/8/2020).

Arskal Salim juga menegaskan bahwa yang terpenting bukan soal mengejar universitasnya tetapi adalah bagaimana pada kesiapan pasca transformasi tersebut, baik adminitrasinya, SDM yang dimiliki maupun teknis lannya.

"Memang IAIN Cirebon sangat prospektif menjadi universitas mengingat letaknya yang strategis dan terdukung dengan sejumlah fasilitas yang dimiliki," katanya.

Terkait transformasi tersebut, jelas Arskal Salim, saat ini untuk menjadi UIN harus memiliki guru besar yang cukup. Untuk itu, diharapkan IAIN Cirebon bisa ikut masuk dalam transformasi ini. Tinggal bagaimana kesiapan-kesiapan dan langkah-langkahnya, termasuk prodi-prodinya.

"Dulu pada tahun 2002, UIN Jakarta usai diresmikan memiliki rekomendasi yang diperluas, yakni membuka prodi-prodi umum, yakni kedokteran dan kesehatan," ucapnya.

Namun demikian, Arskal Salim sepakat bahwa tumbuhnya UIN-UIN di Indonesia harus tetap mempertahankan akar sejah dan pendiriannya, yakni memperbanyak prodi-prodi keislamannya, agar identitas Universitas Islam tidak malah tercerabut dan yang dikenal malah prodi umumnya.

Arskal Salim juga memberikan informasi bahwa berdasarkan arahan Dirjen, pada bulan Agustus 2020 ini, asesment dilakukan dan visitasi yang diperlukan juga akan dilakukan.

"Ini sesuai arahan Pak Dirjen, kemudian tahun ini sebenarnya sudah mulai mereview kenaikan pangkat lektor dan guru besar, dan aplikasinya sedang kami siapkan, mudah-mudahan pada tahun 2021 nanti sudah bisa terwujud," jelasnya.

Demikian juga terkait dengan renstra, di mana renstra 2020-2024, renstra yang ditarget adalah 1000 guru besar. "Inilah akselesarasi guru besar. Sedangkan soal transformasi, target kita di tahun 2024 ada penambahan 30 PTKIN," katanya.

Sementara itu, kegiatan yang digelar di ruang Auditorium FITK tersebut dihadiri para pimpinan dan dosen civitas akademika IAIN SNJ Cirebon ddenga tetap menjalankan protokol kkesehatan.

Selain dibuka sasson dialog, Arskal Salim dalam seminar tersebut didampingi Dr H Saefudin Juhri MAg, Warek I, yang juga moderator. 


Seminar Akselerasi Guru Besar dan Transformasi IAIN Menuju UIN sendri mengambil tema "Kebijakan Akselerasi Lektor Kepala dan Guru Besar dalam Mempersiapkan Transformasi IAIN Menuju UIN" yang langsung dihadiri oleh Direktur Diktis Kemenag RI. 

Sementara itu, Wakil Rektor I IAIN Syekh Nurjati Cirebon Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr Saefudin Zuhri MAg mengungkapkan, kemajuan sumber daya manusia dosen di suatu kampus ditandai dengan semakin banyaknya guru besar yang berkompeten di bidangnya.

Kata dia, guru besar tersebut bertugas untuk menjaga “gawang” keilmuan di kampus setempat.
Guru besar merupakan jabatan puncak akademik, setelah itu tidak ada lagi dan saat ini IAIN Syekh Nurjati Cirebon sudah memiliki 10 guru besar. 

"Mudah-mudahan dengan kedatangan Pak Direktur bisa memberikan motvasi dan kejelasan kepada teman-teman yang lain agar bersemangat meraih dan memenuhi kualifikasi jenjang akademik itu," tuturnya. 

Demikian juga pimpinan akan memberi pendampingan dan penguatan, seperti pendampingan memberi pendampingan penulisan jurnal internasional.

"Terkait alih status dari IAIN ke UIN, kami telah mengirimkan proposal perubahan status tersebut ke Kementerian Agama. Saat ini, kami masih menunggu proses selanjutnya, yaitu visitasi yang dilakukan oleh tim asesor," terang Saefudin.

Visitasi ini, lanjutnya, dilakukan oleh tim asesor untuk mencocokan data dan persyaratan alih status dari IAIN menjadi UIN. (din)

Terkini